Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengulas Ilmu Leak, Warisan Budaya Bali yang Dianggap Negatif

IDN Times
IDN Times

Baru mendengar kata 'Leak' saja, orang sudah bergidik ngeri. Pasalnya, selama ini leak di Bali dianggap negatif. Entah didefinisikan sebagai sosok mengerikan, ataupun ilmu mistik yang bersifat merusak dan menyakiti. Padahal anggapan di masyarakat itu tidak sepenuhnya benar. Karena masih banyak hal positif dari ilmu pengleakan ini. Pada dasarnya, ilmu apapun di dunia bersifat netral, tergantung manusia yang menggunakannya.

Nah, agar tidak terlanjur salah kaprah di masyarakat, Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar berupaya untuk meluruskan pemahaman tentang ilmu leak, yang sejatinya merupakan warisan budaya Bali. Perguruan tinggi ini berencana akan membuka program studi (Prodi) Ilmu Pengleakan, yang dikebut usulannya paling lambat akhir Desember 2019. Sehingga bisa dimulai pada tahun akademik 2020. Wow! 

Saat ini, UNHI Denpasar melakukan berbagai persiapan awal, di antaranya melakukan Focus Group Discussion (FGD), seminar, dan berencana mengundang para ahli untuk mendiskusikannya lebih dalam. Seperti apa gambaran prodi ilmu pengleakan yang akan digagas ini?

1. UNHI Denpasar ingin kenalkan warisan ilmu kebatinan Bali, sekaligus mengikis pandangan negatif masyarakat

IDN Times/Diantari Putri
IDN Times/Diantari Putri

Rektor UNHI Denpasar, Prof Dr drh I Made Damriyasa MS, di sela seminar bertema "Pengeliakan dalam Kajian Filsafat, Agama dan Ilmu pada Masyarakat Bali" di kampus setempat, Selasa (3/12) lalu, mengatakan prodi Ilmu Pengleakan sejatinya upaya perguruan tinggi untuk mengenalkan warisan ilmu pengetahuan Bali. Terobosan baru ini digagas sekaligus untuk meluruskan pemahaman tentang ilmu leak, yang selama ini dipandang negatif.

Lembaga terkait yang berperan merekomendasikan lolosnya prodi ini, yakni Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VIII Bali Nusra dan Direktorat Jenderal Pembinaan Masyarakat (Ditjen Bimas) Hindu Kementerian Agama RI, saat ini telah memberikan sinyal rekomendasi jika prodi Ilmu Pengleakan sudah diusulkan.

“Rekomendasi-rekomendasi yang diberikan oleh LLDIKTI Bali Nusra maupun Dirjen Bimas Hindu akan ditindaklanjuti dalam bentuk program studi. Ini juga merupakan upaya untuk mengapresiasi terutama para tokoh dan ilmuwan yang sudah melestarikan dan menekuni warisan leluhur di Bali. Kita promosikan Heritage Bali Science, dan luruskan kembali pandangan masyarakat,” ungkapnya.

Setelah melalui berbagai kajian, barulah disusun capaian pembelajaran, kurikulum, termasuk proses pembelajaran yang akan diterapkan nantinya dalam prodi Ilmu Pengliakan ini. Rencananya, prodi ini akan dimasukkan ke dalam Fakultas Ilmu Agama dan Kebudayaan.

Terkait SDM pengajar, kata dia, memang sulit jika harus mengikuti kualifikasi yang dipersyaratkan secara nasional. Damriyasa mengaku, pengajar di prodi ini akan menunjuk orang-orang yang telah memiliki kepakaran di bidang tersebut.

“Sulit kita menggunakan kualifikasi secara nasional. Karena itu ini harus ada terobosan baru. Yang terpenting adalah outcome dan output dari prodi ini, dengan menggunakan sumber daya yang kompeten dan profesional di bidangnya. Kami berharap mahasiswa yang tertarik belajar tidak saja dari Bali, tetapi juga dari luar Bali dan luar negeri,” katanya.

2. Ilmu pengetahuan apapun di dunia ini bersifat netral. Tergantung bagaimana manusia memanfaatkannya. Ilmu Leak sendiri adalah ilmu menempatkan aksara suci dalam tubuh

IDN Times
IDN Times

Dosen UNHI Denpasar sekaligus praktisi lontar Bali, Prof Dr I Wayan Suka Yasa MS, mengungkapkan sejatinya ilmu pengetahuan apapun yang ada di dunia ini bersifat netral. Yang menjadikan terlihat baik atau buruk, positif atau negatif adalah manusianya sendiri. Serupa dengan pisau. Jika digunakan untuk memotong makanan, maka kita bisa makan. Sedangkan jika pisau digunakan untuk membunuh manusia, tentu akan negatif pula pandangan yang akan terbentuk.

Begitu juga Ilmu Leak. Rwa Bhineda atau dua hal yang berbeda dan bertentangan tapi tidak bisa dipisahkan, akan selalu ada di dunia. Karena itu, pemanfaatan ilmu pengetahuan yang sudah dikuasai tergantung pada diri masing-masing.

Ngeleak merupakan ajaran Tantra Yoga yang sudah berkembang sejak zaman kerajaan Kediri, yang kemudian dinarasikan dalam bentuk cerita Calonarang. Hingga saat ini ilmu leak masih berkembang di Bali.

Leak (Baca: Liak), menurut Suka Yasa, sesuai lontar bermakna Linggihang Aksara (Li-Ak). Linggih bermakna mendudukkan atau menempatkan. Sehingga Ilmu Leak (Liak) sesungguhnya bermakna menempatkan aksara suci ke dalam tubuh manusia. Sekali lagi, ilmu bersifat netral. Penggunaan Ilmu Leak jika dilihat sifatnya dikelompokkan menjadi tiga yakni satwika (Baik), rajasika (Ego dan keakuan) dan tamasika (Emosi buruk).

Menurut Suka Yasa, ada ribuan lontar yang terkait dengan pengleakan baik dari segi filsafat, teknis, serta sub ilmu pengleakan. Secara dasar, ia menjelaskan ada tiga tipe ilmu leak. Yakni penengen, pengiwa, dan kamoksan. Ilmu penengen adalah ilmu yang diarahkan untuk kebaikan. Biasanya digunakan oleh balian (Dukun) untuk mengobati orang sakit, membuat hubungan yang renggang kembali jadi harmonis, dan kebaikan lainnya.

Sedangkan tipe pengiwa adalah ilmu yang bersifat destruktif atau merusak dan menyakiti. Justru tipe ilmu leak inilah yang populer di Bali. Sehingga masyarakat berpandangan negatif terhadap ilmu leak. Hal ini kemungkinan karena manusia yang mempelajari ilmu leak masih memiliki ego yang tinggi. Sehingga ilmunya digunakan untuk melampiaskan emosi, dendam, kebencian dan iri hatinya. Ilmu pengiwa ini bersifat tamasika.

Pengiwa ini justru yang populer, yang destruktif, bersifat tamasika. Padahal pengleakan tidak hanya ini. Tentu yang destruktif tidak akan dikembangkan di prodi ini. Hanya sebatas gambaran saja, bukan untuk dipraktikkan. Kita kaji dari aspek-aspek keilmuan. Sebab ilmu itu kan netral,” ungkapnya.

Sementara itu ada aspek terakhir dalam ilmu leak, yakni kamoksan atau ilmu kelepasan. Moksa dalam ajaran agama Hindu adalah tujuan hidup terakhir, yakni kebebasan dari ikatan duniawi dan putaran reinkarnasi kehidupan. Sehingga ilmu leak itu terdiri dari ilmu kawiwesan (penengen pengiwa untuk duniawi), dan ilmu kelepasan (untuk lepas dari duniawi).

“Setelah eksis di dunia, kita tidak mungkin mengingkari bahwa kita akan mati, tetapi bagaimana menuju mati yang benar. Nah, ini ada ilmu khusus yang disebut dengan ilmu kamoksan. Sehingga belajar ilmu leak yang sempurna itu ketika belajar sampai di ilmu kelepasan. Kalau belajar di tingkat kawisesan saja, akan sulit lepas dari duniawi,” imbuhnya.

3. Ilmu Pengleakan dijauhi oleh orang Bali, didekati oleh orang Eropa

IDN Times
IDN Times

Penekun spiritual, I Gusti Agung Ngurah Harta, sangat mengapresiasi adanya inisiatif membentuk prodi ilmu pengleakan. Dengan begitu, ilmu leak akan dikaji secara keilmuan seperti yang dilakukan murid-muridnya di Eropa. Ngurah Harta selama ini kerap mengajarkan aksara Bali yang menjadi dasar ilmu pengleakan hingga ke benua Eropa.

“Selama ini masyarakat selalu negatif pendapatnya tentang pengleakan. Padahal pengleakan dasarnya sastra dan aksara. Ini harus dikuasai dengan baik. Jika tidak, maka orang itu tidak akan mampu menekuni pengleakan secara utuh. Pelurusan dan penyelarasan ini yang harus kita lakukan, dan saya sangat mendukung adanya prodi ini. Di Jepang ada fakultas ninja, yang sesungguhnya itu sama dengan ilmu pengleakan,” ungkapnya.

Ngurah Harta menuturkan, dirinya kerap mengajar ilmu pengleakan ke negara-negara Asia dan Eropa. Di luar sana, ilmu-ilmu ini justru dihargai dengan mahal. Semakin dalam dan berkualitas ilmunya, semakin mahal bayarannya. Ngurah Harta tentu sangat berharap, orang Bali sebagai pemilik asli warisan ilmu pengleakan ini mau melestarikannya sampai kapanpun.

“Orang asing saja mendekati ilmu ini, kenapa kita malah menjauhi. Orang Bali masih suka bertengkar, tapi orang asing sudah melakukan penelitian. Sekarang di Eropa sangat berkembang, saya mengajar di sana, dan sangat diminati,” paparnya.

“Suatu saat jika prodi ini benar-benar sudah berdiri, saya akan minta siswa saya dari Eropa untuk mengajar dasa aksara di sini. Supaya orang Bali terperangah, turis saja tahu banyak soal ilmu leak, sehingga menggunggah kemauan untuk melestarikan ilmu warisan budaya ini,” harapnya.

Share
Topics
Editorial Team
Diantari Putri
EditorDiantari Putri
Follow Us

Latest Life Bali

See More

Hype test send to regional

13 Feb 2024, 00:00 WIBLife