Sementara itu Presiden BEM Unud, Javents Lumbantobing, meminta tidak perlu meragukan rekan-rekan BEM se-Bali bahwa semuanya nasionalis, memegang teguh NKRI, dan tidak ada paham-paham yang masuk ke dalam BEM-BEM di Universitas yang ada di Bali.
Ia menyebutkan, kampus merupakan laboratorium peradaban, sebagai akademisi yang seharusnya menyumbangkan pemikiran dan idenya utuk menyusun sebuah tatanan masyarakat yang baik, sebuah tatanan bernegara dan juga kemanusiaan yang baik. Sedangkan BEM Universitas Udayana memiliki visi gotong royong, cinta Udayana, dan mengabdi untuk Indonesia.
"Bagaimana kami ingin mengangkat sebuah cita-cita luhur yang diberikan oleh Bung Karno kepada Universitas Udayana pada saat itu, bahwa kita harus menjadi pewahyu rakyat," jelasnya.
Yang ia maksud adalah bagaimana Universitas Udayana, mahasiswa dan apa yang ada di dalamnya bisa mengantarkan masyarakat Bali serta masyarakat Indonesia menuju kepada kebahagiaan yang lahir dan batin.
Pihaknya ingin ikut membangun Bali meskipun dengan langkah-langkah kecil. Terkait aksinya turun ke jalan melalui #BaliTidakDiam memang sudah dilakukannya sejak 12 September atas nama AMMBAK (Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Bali Anti Korupsi). Kemudian disusul pada tanggal 24 dan 30 September.
"Pernah saya katakan bahwa aksi turun jalan itu adalah salah satu hal yang sangat-sangat kuno. Sangat-sangat kuno. Masih banyak jalan-jalan lain berdialog, beraudiensi dan lain sebagainya. Tapi ingat kawan-kawanku. Jika kita berhadapan dengan orang-orang kuno, jika kita berhadapan dengan pemerintah yang kuno dan lain sebagainya. Kita harus siap pula menggunakan langkah-langkah kuno tersebut," tegasnya.
Diakuinya, dalam aksi #BaliTidakDiam memang mendapat respon yang sangat baik dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bali maupun dari Pemerintah Bali. Yakni dengan ditandatanganinya tujuh tuntutan.
"Mudah-mudahan seperti yang disampaikan Pak Koster tadi. Mudah-mudahan bersedia nanti untuk menandatangani bagaimana tuntutan kita bersama. Saya ingin melihat juga Gubernur saya gagah seperti pak Ganjar Pranowo kemarin di Jawa Tengah, ikut turun bersama mahasiswa," tegasnya.
Menanggapi tagihan tanda tangan dalam tujuh poin tuntutan yang diajukan mahasiswa, Koster menilainya tidak terlalu penting. Namun yang lebih penting adalah soal komitmen yang harus dijalankan bersama-sama. Tentu, Koster berjanji akan menyampaikan hal tersebut kepada Presiden.